Setelah kita bahas lirik lagu ‘till death can do us apart”, maka saya ada sedikit catatan tentang penggunaan ungkapan kalimat “till death do us apart”.
Kalo saya lebih suka istilah even death can’t do us apart daripada ‘till death can do us apart”
Lho apa bedanya?
Yuk kita lihat artinya:
‘till death can do us apart” = hingga maut yang memisahkan kita
Bandingkan dengan
Even death can’t do us apart = bahkan maut tak kan mampu memisahkan kita
Saya teringat postingan mbak Onie Daulat – yang judulnya “Cinta Sampai Senja” [ silahkan baca di sini ] – indah sekali bukan?
Saya suka sekali “adegan” ketika si Ibu (yang sudah pikun) – masih merasa si Ayah berada di sisinya meski sudah tiada – yang diungkapkan dengan menyakan kemana kok lama tidak kembali. Hmmm bukankah itu tanda cinta yang paling dalam dari seorang istri?
Tetapi saya punya “dalil” bagaimana Rasulullah begitu mencintai istri beliau ibunda Khadijah al Kubra. Sampai-sampai meski ibunda khadijah sudah lama wafat, Rasulullah masih sering merindukannya, yang hal ini membuat Aisyah r.a cemburu.
Ya, begitulah, cinta Rasulullah kepada Khadijah tak terbatas oleh dimensi waktu.. karena beliau masih “sering mendengar” bunyi terompah khadijah di surga.. Dan ungkapan even death can’t do us apart menurut saya adalah adalah gambaran yang sangat pas untuk cinta Beliau SAW pada Khadijah r.a
Wallahu’alam.
****
Catatan (lagi)
Saya pernah bahas even death can do us apart ini pada ebook pertama saya yang berjudul Nutrisi Jiwa #1: Pit Stop yang bisa diunduh di PustakaEbook.com atau langsung ke sini